Wawancara Majalah AREA
Berikut adalah wawancara saya dengan majalah Area no.171 terbitan 24 November 2010.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa berbagai masalah dan penyakit yang muncul dalam kehidupan seseorang bersumber pada pikiran bawah sadar kita. Perilaku sadar sangat dipengaruhi pemikiran atau sugesti pemikiran bawah sadar. Bila kita yakin bisa berbuat sesuatu, pikiran kita akan menyakini bahwa kita bisa, pun sebaliknya. Fakta lainnya, pikiran bawah sadar kita merekam semua masukan dan trauma yang kita alami sejak kita kecil.
Terbukti secara empiris, seorang anak yang ditanamkan pikiran positif sedari kecil akan berpikir positif ketika dewasa. Demikian pula sebaliknya. “Latar belakang keluarga dan cara mendidik orangtua sangat berpengaruh pada perkembangan dan pola pikir si anak di masa depan,” ungkap Adrianto Darmasetiawan, salah seorang praktisi hipnoterapi.
Walaupun secara sadar kita sudah lupa, semua rekaman masukan dan trauma itu tetap ada di alam bawah sadar kita. Seiring perjalanan waktu, trauma yang direkam tersebut ibarat bola salju yang semakin besar. Akhirnya, rekaman trauma itulah yang seringkali berdampak pada perubahan karakter atau munculnya penyakit pada seseorang, misalnya rasa tidak percaya diri, minder, mudah marah, munculnya stres, penyakit maag, insomnia, hingga kanker.
Adrianto Darmasetiawan mengungkapkan bahwa hipnoterapi adalah satu metode terapi untuk membereskan penyakit pikiran yang langsung menyentuh langsung pada akar masalahnya secara langsung. Yaitu pikiran bawah sadar kita. Ketika kita tahu akar masalahnya, di situlah kita bisa memberikan terapi yang tepat sasaran. “Terapi yang dilakukan terhadap pikiran dalam keadaan hipnosis, yaitu kondisi relaksasi mental,” ungkap Adrianto. Dalam hipnoterapi, klien berada dalam kondisi yang sadar, mengetahui semua prosesnya dan bisa menolak jika ada hal yang tidak disetujui. “Kalau bertentangan dengan hati nurani dan kepercayaan, edukasi yang disusupkan melalui hipnoterapi tetap tidak akan berhasil,” ungkap Iwan.
Soal pasiennya, tidak ada batasan kriteria. Lelaki-perempuan, tua-muda, bahkan anak-anak. “Yang jelas yang datang ke sini adalah orang-orang yang sadar bahwa ada masalah dalam dirinya dan mau berubah,” ungkap lelaki yang biasa disapa Iwan ini. Mengenai tahapan terapi yang dilakukan, Iwan menjelaskan bahwa setelah mengemukakan masalahnya, si pasien dibimbing ke dalam kondisi relaksasi mental, dan cari masalah atau kejadian di masa lalunya yang menjadi trauma hingga saat ini. Setelah ditemukan, si pasien akan dibimbing untuk meluapkan emosi negatif yang dialami (yang pada saat itu mungkin tidak bisa dilampiaskan). Nah saat hipnosis itulah ekspresi emosi negatif tersebut dilampiaskan. Iwan memaparkan bahwa banyak pasiennya yang menangis, menjerit, hingga marah-marah saat melampiaskan emosi negatifnya. Setelah emosi negatif tersebut habis, barulah si pasien dire-edukasi dengan persepsi baru. Teknik yang dilakukan adalah benar-benar ilmiah, tidak ada obat, tidak didasarkan pada agama atau kepercayaan tertentu.

