Pain and Pleasure
“Almost all human behaviour is about avoiding pains and embracing pleasures”
Quote ini saya buat karena menyadari bahwa, melalui pengalaman hipnoterapi saya, semua simptom dan permasalahan klien adalah pain (sakit, sesuatu yang tidak menyenangkan) bagi klien. Dan yang disebut ‘pain’ itu bisa sangat berbeda-beda dari orang yang satu ke orang yang lain. Sangat personal sifatnya
Ada orang-orang yang merasa begitu takut untuk tampil dan bicara di depan umum. Ada yang takut ketinggian, ada yang begitu takut akan kegagalan, ada yang begitu takut akan kehilangan suatu posisi atau jabatan, Takut sakit penyakit dan kematian, apapun itu, intinya adalah semua yang tidak ingin dialami atau tidak ingin dirasakan adalah ‘pain’ bagi mereka.
Jika suatu ‘pain’ dari seorang klien digali terus, maka akan didapat bahwa bagian terdalam dari suatu ‘pain’ adalah suatu bentuk perasaan negatif atau emosi negatif, misalnya : kecewa, malu, sakit hati, takut, marah, sedih, merasa tidak berarti, perasaan hampa, dan lain lain.
Salah satu sifat pikiran bawah sadar adalah melindungi seseorang. Salah satunya dengan menimbulkan perasaan takut. Contoh, jika seseorang dimasa kecilnya pernah merasakan kesedihan yang kuat, maka pikiran bawah sadarnya akan merekam kejadian tersebut beserta emosi negatifnya. Dan selanjutnya pikiran bawah sadarnya berusaha melindunginya dengan menimbulkan rasa takut ketika orang tersebut akan masuk kesituasi dan kondisi yang berpotensi menimbulkan rasa sedih serupa lagi (menurut pikiran bawah sadar yang merekam trauma tersebut).
Atau contoh lain adalah perasaan malas. Malas juga ditimbulkan pikiran bawah sadar untuk menghindari seseorang dari mengalami kembali suatu kejadian tidak nyaman yang pernah dialami dan dirasakannya (dibalik semua kejadian tidak nyaman terletak suatu perasaan negatif atau emosi negatif).
Misalnya seorang suami yang diajak istrinya jalan-jalan ke pusat perbelanjaan Mangga Dua. Lalu suaminya spontan menjawab : “malas ah”. Kalau digali lebih lanjut, perasaan malas itu sebenarnya ditimbulkan pikiran bawah sadarnya untuk menghindarkan si suami dari mengalami kembali kejadian yang tidak nyaman yang pernah dialaminya.
Misal pertanyaan tersebut digali lebih lanjut :
Istri : “Kenapa malas mas?”
Suami : “macetttt….”
Istri : “memangnya kalau macet kenapa?”
Suami : “maleslaahh, Orang-orang nyetirnya pada ngawur, serobot sana serobot sini…..”
Istri : “memang kalau diserobot orang kenapa mas?”
Suami : “ya kesel lah, kita udah ngantri-ngantri, eh orang nyerobot dari jalur yang ga semestinya tau-tau udah didepan kita…”
Coba perhatikan kata “kesal” yang saya tebalkan dan garis bawahi dalam dialog tersebut. Itulah inti emosi negatif yang merupakan ‘pain’ yang ingin dihindari oleh si suami dalam dialog tersebut (sebenarnya itu contoh dari diri saya sendiri he he he…).
Contoh lain, ini saya ambil dari kasus hipnoterapi yang saya tangani. Seorang wanita cantik yang takut berbicara di depan umum, padahal pekerjaannya mengharuskannya sering menyampaikan presentasi dihadapan banyak orang.
Takut bicara di depan umum adalah kasus yang sangat banyak dialami manusia. Sekali lagi, rasa takut tersebut ditimbulkan pikiran bawah sadarnya untuk suatu kebaikan, yaitu supaya si klien tidak mengalami kembali suatu emosi negatif pada suatu kejadian yang pernah dialaminya.
Dalam contoh kasus klien saya tersebut, setelah melalui proses hipnoterapi, didapatlah akar permasalahan dari rasa takut bicara didepan umum sebagai berikut. Waktu kelas 5 SD, klien yang masih anak-anak dengan rambut dikepang dua sedang menjadi pusat perhatian teman-temannya. Dia sedang asik bercerita tentang pengalamannya. Lalu ada seorang temannnya yang iseng, mengendap-endap dari belakang, lalu menarik rambut si klien tersebut hingga kepalanya tersentak kebelakang. Teman-temannya semua mentertawakan dia. Si Klien di saat tersebut merasa begitu malu dan sedih. Dia di saat tersebut memaknai bahwa dirinya dipermalukan, dijahati oleh teman-temannya. Pikiran bawah sadarnya merekam kejadian tersebut sebagai suatu trauma dan selanjutnya, setiap kali pikiran bawah sadarnya merasakan bahwa klien akan masuk kembali kedalam situasi kondisi serupa seperti dulu (sedang menjadi pusat perhatian), maka ditimbulkanlah rasa takut sebagai suatu mekanisme pertahanan diri supaya tidak mengalami kejadian tidak enak seperti dulu (intinya klien tidak mau merasakan perasaan tidak nyaman/emosi negatif berupa rasa malu dan sedih seperti dulu).
Klien sendiri sudah tidak ingat kejadian tersebut, tapi pikiran bawah sadarnya merekam kejadian dan suasana serta situasi kondisi di saat trauma tersebut terjadi dan tiap kali klien harus bicara di depan umum (menjadi pusat perhatian), pikiran bawah sadarnya tau situasi dan kondisi apa yang tidak nyaman yang mungkin akan terjadi. Sebenarnya ini adalah pikiran dari klien yang anak-anak yang berpikir dengan pola pikir anak-anak dengan perasaan anak-anak saat kejadian tersebut terjadi. Pikiran bawah sadar tidak pernah melupakannya.
Demikian juga dengan pleasure (segala hal yang menyenangkan sifatnya buat seseorang). Misal seseorang yang dimasa kecilnya sangat senang dengan mainan. Perasaan dan pemikiran anak-anak yang dirasakannya selama proses tumbuh kembangnya membuat mainan menjadi salah satu nilai atau value utama dalam hidupnya. Perasaan dan pemikiran waktu anak-anak yang begitu senang mainan ini umumnya akan terbawa sampai dewasa. Ketika dewasa dia masih senang mengkoleksi mainan misal action figure, lego, dll.
Dan setiap kali ada sesuatu yang berhubungan dengan mainan, si orang dewasa akan merasa senang (itulah salah satu pleasure bagi dirnya). Misal diajak temannya : “eh kita pergi ke toys fair yuk, banyak mainan atau action figure yang pernah kamu punya dulu dijual lagi disitu lho”. Maka pikiran bawah sadarnya mungkin akan menimbulkan suatu excitement, karena pikiran bawah sadarnya tau dia akan kembali mengalami perasaan enak, excited dan menyenangkan seperti dulu waktu anak-anak saat dibelikan atau mendapat mainan baru jika pergi ke toys fair tersebut.
Jadi sekali lagi kita perlu menyadari berbagai respon emosi kita dalam berbagai situasi dan kondisi yang kita lalui, itulah hal-hal yang akan memicu kembali pain dan pleasure kita sesuai pengalaman hidup kita dan proses tumbuh kembang kita.
Jika ada pain-pain yang kita rasakan sangat mengganggu dalam hidup kita, sadarilah bahwa itulah akibat proses tumbuh kembang kita, berbagai kejadian di masa kecil yang kita maknai sesuai pikiran anak-anak kita di saat terjadinya, dan terbentuklah pain dan pleasure dalam diri kita (emosi-emosi negatif dan emosi-emosi positif).
Melalui hipnoterapi seseorang bisa melepaskahn pain-pain yang dirasakannya menggangu dirinya dan kehidupannya sehingga seseorang bisa mengalami kehidupan yang lebih nyaman

